Thursday

Erza Scarlet "Fairy Tales"


Erza Scarlet (エルザ・スカーレット Eruza Sukāretto) is an S-Class Mage ofFairy Tail who is famous for her usage of Requip Magic. She is also a member of Team Natsu, as well as one of the main female protagonists of the series. Erza is a young woman who has long, scarlet hair and brown eyes. She also has an artificial right eye made by Porlyusica, which replaced the one she lost as a child. She has a slender figure that Lucydescribes as amazing, and like most females in the series, she has large breasts. Her most common attire consists of a custom-made armor by Heart Kreuz smiths, a blue skirt, and black boots. Her Fairy Tail stamp is blue and located on the middle of her left upper arm. Erza's specialty in Requip Magic, allows her to requip not only armor, but different outfits as well, allowing her to change her attire at any given time.
Erza is a very strict person, often criticizing the bad behavior and habits of the other guild members, causing most of them to apologize, fearing that they might invoke her wrath. She is also very impatient, disliking people who don't answer her questions quickly enough. This, coupled with her own tragic childhood, caused many of her guildmates to avoid her due to her social awkwardness. However, she has a great sense of justice and pride in being a member of Fairy Tail.


According to Lucy in the letter she wrote for her mother Erza is "cool and beautiful, warm and full of passion", while to Erza Knightwalker she stated that Erza is strong, cool and a little scary but relied on by everyone, even so she can be really girly and liked sweet things and cute clothes. Jellal, when he had lost his memories, remembering nothing but the name "Erza", said her name was "full of kindness, brightness and warmth".
Erza describes herself as someone who was always crying, since she wasn't able to protect those dear to her. Several examples are when Rob tried to shield her from destruction, and when Jellal was captured because he saved her and was brainwashed by "Zeref". Also, Erza has stated that she feels uncomfortable and insecure when she's not wearing armor. However, when Erza encounters Ikaruga, she overcomes her fear and defeats her without her armor. Despite her reserved personality and mostly dressing in her conservative Heart Kreuz armor, Erza has shown to have very little modesty and an unusual view on the concept in general. 

Drunk Erza
Many of her armors are skimpy, revealing and feminine, and when out of armor she has an affinity for sexy and revealing clothing. Finally, Erza seems to have no problem with men (or at least her male guildmates) seeing her naked. She felt no discomfort stating her desire to shower with Natsu and Gray or the fact that she used to shower with them when they were younger. When they were at the hot spring, when she learned that the boys may have been peeping on her and the other girls, she wanted to invite them to bath with them, much to Wendy's shock and Lucy's strong objection. Lucy has also stated that Erza has a habit of climbing into her bed in their shared room during the Grand Magic Games. It was shown that Erza cannot stand drinking too much alcohol. While being drunk, she is acting very aggressive, furious and sadistic toward nearest person. She also have a problem with recognizing different guild members

Kode etik profesi

kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.
Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional
Contohnya
KODE ETIK GURU INDONESIA
Kode Etik Guru Indonesia (dirumuskan oleh PGRI dalam Kongresnya yang ke-13 di Jakarta pada bulan November 1973):
  1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
  2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing- masing.
  3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi, tentang anak didik tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
  4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orangtua murid dengan sebaik- baiknya bagi kepentingan anak didik.
  5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
  6. Guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.
  7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
  8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
  9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijakan Pemerintah dalam bidang pendidikan.

Hama Penggerek Padi Kuning


Status
Penggerek batang padi terdapat  sepanjang tahun dan menyebar di seluruh Indonesia pada ekosistem padi yang beragam.  Intensitas serangan penggerek batang padi pada tahun 1998 mencapai 20,5% dan luas daerah yang terserang mencapai 151.577 ha. Kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang padi pada stadia vegetatif tidak terlalu besar karena tanaman masih dapat mengkompensasi dengan membentuk anakan baru.
Berdasarkan simulasi pada stadia vegetatif, tanaman masih sanggup mengkompensasi akibat kerusakan oleh penggerek sampai 30%.  Gejala serangan pada stadia generatif menyebabkan malai muncul putih dan hampa yang disebut beluk.  Kerugian hasil yang disebabkan setiap persen gejala beluk berkisar 1-3% atau rata-rata 1,2%. Kerugian yang besar terjadi bila penerbangan ngengat bersamaan dengan stadia tanaman bunting.


Biologi dan Ekologi
Di Indonesia telah dikenal 6 jenis penggerek batang padi, yang terdiri dari 5 jenis famili Pyralidae dan 1 jenis famili Noctuidae. Ke-6 jenis penggerek batang padi tersebut adalah:
Penggerek batang padi kuning, Scirpophaga incertulas (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)
Penggerek batang padi putih, Scirpophaga innotata (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)
Penggerek batang padi bergaris, Chilo suppressalis (Walker) (Lepidoptera: (Pyralidae)
Penggerek batang padi kepala hitam, Chilo polychrysus Meyrick (Lepidoptera: Pyralidae)
Penggerek batang padi berkilat, Chilo auricilius Dudgeon (Lepidoptera: Pyralidae)
Penggerek batang padi merah jambu, Sesamia inferens (Walkers) (Lepidoptera: (Noctuidae).
Jenis-jenis penggerek batang padi ini memiliki sifat atau ciri yang berbeda dalam penyebaran dan bioekologi, namun hampir sama dalam cara menyerang atau menggerek tanaman serta kerusakan yang ditimbulkannya.
Penggerek Batang Padi Kuning
Telur
Jumlah telur  50-150 butir/kelompok
Ditutupi rambut halus berwarna coklat  kekuningan
Diletakkan malam hari (pukul 19.00-22.00) selama 3-5 malam sejak malam pertama
Keperidian 100-600 butir tiap betina
Stadium telur 6-7 hari
Larva
Putih kekuningan sampai kehijauan
Panjang maksimum 25 mm
Stadium larva 28-35 hari
Terdiri  atas 5-7 instar
Pupa
Kekuning-kuningan atau agak putih
Kokon berupa selaput benang berwarna putih
Panjang 12-15 mm
Stadium pupa 6-23 hari
Imago/Ngengat
Ngengat jantan mempunyai bintik-bintik gelap pada sayap depan
Ngengat betina berwarna kuning dengan bintik hitam di bagian tengah sayap depan
Panjang ngengat jantan 14 mm dan betina 17 mm 
Ngengat aktif pada malam hari dan tertarik cahaya
Jangkauan terbang dapat mencapai 6-10 km
Lama hidup ngengat 5-10 hari dengan siklus hidup 39-58 hari 
Larva keluar melalui 2-3 lubang yang dibuat pada bagian bawah telur menembus permukaan daun.  Larva yang baru muncul (instar 1) biasanya menuju bagian ujung daun dan menggantung dengan benang halus atau membuat tabung kecil, terayun oleh angin dan jatuh kebagian tanaman lain atau permukaan air.  Larva kemudian bergerak ke tanaman melalui celah antara pelepah dan batang.
Selama hidupnya larva dapat berpindah dari satu tunas ke tunas lainnya dengan cara membuat gulungan ujung daun, menjatuhkan diri ke permukaan air dan memencar ke rumpun yang lain.
Larva instar akhir tinggal di dalam batang sampai stadium pupa.  Sebelum menjadi pupa, larva membuat lubang keluar pada pangkal batang dekat permukaan air atau tanah, yang ditutupi membran tipis untuk jalan keluar setelah menjadi imago.
Karakteristik penggerek batang padi kuning:
Kelompok telur diletakkan pada daun bagian ujung
Hanya seekor larva dalam satu tunas
Pupa berada di dalam pangkal tunas di bawah permukaan tanah
Tanaman inang utama adalah padi dan tanaman padi liar 
Perubahan kepadatan populasi penggerek batang padi kuning di lapangan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim (curah hujan, suhu, kelembaban), varietas padi yang ditanam, dan musuh alami yaitu parasitoid, predator, dan patogen.
Pengendalian
A. Daerah Serangan Endemik
Pengaturan Pola Tanam
Dilakukan penanaman serentak, sehingga tersedianya sumber makanan bagi      penggerek batang padi dapat dibatasi.
Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi sehingga dapat memutus siklus hidup hama.
Pengelompokan persemaian dimaksudkan untuk memudahkan upaya pengumpulan telur penggerek secara masal.
Pengaturan waktu tanam yaitu pada awal musim hujan tanam varietas genjah, dan pada pertengahan musim hujan tanam varietas dalam berumur > 120 hari. 
Pengendalian Secara Fisik dan Mekanik
Cara fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen.  Usaha itu dapat pula diikuti penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati.
Cara mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi di persemaian dan di pertanaman.
Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami baik parasitoid, predator, maupun patogen. 
Konservasi musuh alami dengan cara menghindari aplikasi insektisida secara semprotan.
Pengendalian Secara Kimiawi
Apabila diperlukan sebagai alternatif pada fase vegetatif penggunaan insektisida dapat dilakukan pada saat ditemukan kelompok telur rata-rata >1 kelompok telur/3 m2 atau intensitas serangan rata-rata > 5%. Bila tingkat parasitisasi kelompok telur pada fase awal vegetatif >50% tidak perlu aplikasi insektisida.
Penggunaan insektisida butiran di persemaian dengan dosis 5 kg/500 m2 bila dijumpai kelompok telur (Wasiati A et al., 2002).
Penggunaan Seks Feromon 
Dipakai untuk memantau fluktuasi populasi penggerek batang berdasarkan ngengat yang tertangkap. 
Dapat dipakai untuk menentukan waktu aplikasi insektisida (Bila tangkapan feromon sebanyak 100 ekor/minggu).
Dapat dipakai untuk pengendalian penggerek batang padi putih yaitu dengan cara mass trapping (penangkapan masal):  9-16 perangkap/ha. 
B.  Daerah Serangan Sporadik
Cara pengendalian selain menggunakan insektisida yang dapat diterapkan sesuai dengan keadaan setempat. 
Penyemprotan dengan insektisida berdasarkan hasil pengamatan, yaitu apabila ditemukan rata-rata > 1 kelompok telur/3 m2  atau intensitas serangan penggerek     batang padi (sundep) rata-rata > 5% dan beluk rata-rata 10 % selambat-lambatnya tiga minggu sebelum panen. rata-rata 10 % selambat-lambatnya tiga minggu sebelum panen.
Informasi lainnya
Sebagai tindakan preventif dalam pengendalian penggerek batang padi, memantau fluktuasi populasi penggerek batang perlu dilakukan secara rutin.  Untuk memantau fluktuasi populasi penggerek batang padi yang ada di dalam areal pertanaman padi dapat menggunakan seks feromon. Sementara untuk memantau fluktuasi populasi penggerek batang padi yang berasal dari migrasi dari luar daerah dapat menggunakan light trap (perangkap cahaya).

Contoh Laporan (bagian pendahuluan dan metode) Pengamatan Perilaku dan Pengembangbiakan Parasitoid


LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN HAYATI DAN PENGELOLAAN HABITAT
PENGAMATAN PERILAKU DAN PEMBIAKAN PARASITOID
Oleh:
Addmas K
Miranti Sasmita
Dian Novitasari
M Rido Rasyid
Ade Azis Kusnaya




Dosen:

Asisten:


DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012


BAB I
PENDAHULUAN 
Latar Belakang 
Banyak upaya yang dilakukan organisme dalam mempertahankan hidupnya yaitu salah satunya dengan mengeluarkan metabolit sekunder. Hasil eksresi berupa metabolit sekunder ini merupakan senyawa yang tidak esensial lagi bagi pertumbuhan organisme, tetapi senyawa ini berguna bagi organisme dalam mempertahankan hidupnya pada kondisi yang tidak menguntungkan. Metabolit sekunder yang dimilki oleh patogen sangat merugikan bagi tanaman inang, contohnya pada benih dimana senyawa metabolit sekunder ini dapat menurunkan viabilitas benih dalam melakukan perkencambahan, sehinnga benih tidak dapat berkecambah dan mengalami kematian. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hasil produksi yang dapat menimbulkan kerugian.
Trichogrammatids   are   the   common   group   of   egg   parasitoid   used   for   biological   control and   parasitoid   modelling   across   the   world.  The   genus  Trichogramma   are   the   most   studied   and  successful taxa used in biological control programs (Li, 1994).          They have been used in more than 30 million   ha   worldwide   to   control   lepidopteran   pests   in   agriculture   and   forestry   (Hassan,   1988;   Li, 1994).   Many species of Trichogrammatidae (Hymenoptera) are known to attack various lepidopteran host species on various agricultural crops (Alba,  1988).           The Trichogrammatids also attack eggs of  Hymenoptera, Neuroptera, Diptera and Hemiptera (Nagarkatti and Nagaraja, 1977), Coleoptera and  Megaloptera (Clausen, 1940). Today, those parasitoids are reared usually under laboratory conditions using   alternative   Lepidopteran  hosts   (Hassan,   1993;   Housewear  et   al.,   1983;   Herlinda,   1995;   Van  Bergeijk et al.,1989).
              In   Indonesia,   the   evaluation   of Trichogramma   and    Trichogrammatoidea   as   biological  control   agents   have   been   conducted   through   many   studies   (Nurindah  et   al.,   1993;   Herlinda,   1995;  Marwoto   and   Supriyatin,   1999,   Marwoto   and   Saleh   2003).    Most   of   these   studies   focused   on   the  fitness   of   the   parasitoids,   mass   rearing,   and   mass   release   (Nurindah  et   al.,   1993; Marwoto   and Supriyatin,   1999;   Marwoto   and   Saleh,   2003),   while very   limited   information   are   available   on   the taxonomic distribution and occurrence of those genus in the field. As a tropical country, Indonesia is expected to harbour large numbers of insect species, including trichogrammatids.             Unfortunately, the large extent of land use change and pesticide applications may lead to species extinction, including those   which   have   not   yet   been   discovered. Since   information   on   species   list,   distribution,   niche breadth (generalist versus specialist) is very important to support biological control program, studies on the taxonomic distribution and population status of trichogrammatids are crucial.
Salah satu contoh patogen yang menghasilkan metabolit sekunder adalah cendawan, yang diantaranya adalah cendawan Fusarium dan Aspergillus. Pada umumnya senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan kedalam tiga macam yaitu Terpenoid dimana, sebagian besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan hidrogen serta disintesis melalui jalur metabolisme asam mevalonat. Contohnya monoterpena, seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan polimer terpena. Kedua yaitu fenolik, senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki cincin benzena, hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya. Contohnya asam fenolat, kumarina, lignin, flavonoid, dan tanin. Senyawa yang mengandung nitrogencontohnya alkaloid dan glukosinolat

Tujuan
Tujuan praktikum ini untuk mengamati perkembangan perilaku dan perkembangbiakan parasitoid.




BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini menggunakan tiga komponen utama, pertama agen hayati (parasitoid) terdiri dari Trichgramma chiloaceae, Trichogrammatoidea armigera dan Trichogramma cojuangcoi. Kedua, inangnya adalah telur hama . Dan ketiga, yaitu bahan makanan yang terdiri dari jagung giling atau beras giling dicampur dedak dengan perbandingan 1:1. Dan bobot campuran tersebut sebanyak 2,5 ons. Ada juga bahan tambahan lain yaitu gumaraple yang berfungsi untuk menempelkan telur pada media dan tidak berbau. Sedangkan medianya yaitu tabung reaksi dan plat.
2.2 Metode
Pada praktikum ini dilakukan tiga perbandingan perlakuan khususnya pada umur telur inang hama. Umur telur yang digunakan yaitu telur yang berumur 1 hari, telur yang berumur 2 hari dan telur yang berumur 4 hari. Telur hama tersebut dimasukan kedalam tiga tabung reaksi  masing – masing setiap tabung sejumlah 100 telur hama dengan umur telur yang berbeda pada setiap tabung. Kemudian pelakuan tersebut dilakukan beberapa 3 ulangan oleh 3 kelompok (satu kelompok satu perlakuan). Setiap kelompok melakukan perbedaan perlakuan yaitu perbedaan parasitoidnya (Trichgramma chiloaceae, Trichogrammatoidea armigera dan Trichogramma cojuangcoi)

Translate