M. K. Sosiologi Umum Hari / Tanggal : Rabu /5 Mei 2010
Praktikum ke-9
SISTEM STATUS DAN PELAPISAN
MASYARAKAT SISTEM STATUS YANG BERUBAH
Runtuhnya Sistem Status Kolonial Dalam Abad Kedua Puluh
Oleh : W.F. Wertheim
SITUASI SOSIAL DUA KOMUNITAS DESA SULAWESI SELATAN
Oleh : Mochtar Buchori dan Wiladi Budiharga
Nama/ Nrp/ Kelas : Surya Barokah/ G64090072/ A.27
Nama Asisten/ Nrp : Novika Widyasari/ H14060823
Ikhtisar Bacaan I
Subbab 1 : Sekitar tahun 1900, Belanda berhasil menegakan kekuasaannya di seluruh kepulauan Indonesia
Subbab 2 : Di pulau-pulau seberang, uanglah terutama yang melakukan pendobrakan terhadap sistem asli yang lama. Pada pedagang kota di Indonesialah yang pada pokoknya melakukan pemberontakan menentang tradisi dan kekuasaan suku.
Subbab 3 : Keresahan di daerah pertanian yang mulai ketara di pulau-pulau seberang dalam tahun 1920an bukanlah hanya merupakan pengaruh kemiskinan sebagai petani sebagai akibat dimobilisasikannyahak milik tanah, tetapi juga disebabkan karena perlawanan yang dilakukan para petani yang baru saja menjadi kaya terhadap struktur tradisional.
Subbab 4 : Lagipula, sepanjang ada hubungannya dengan pertentangan antara kepentingan petani bumiputera dengan kepentingan pengusaha Barat yang dalam masalah penanaman karet terjadi pada tahun-tahun kritis. Perlawanan di daerah pertanian ini juga mempunyai warna kebangsaan, suatu kecenderungan yang diperkuat oleh kenyataan bahwa pemerintah biasanya bertindak bukan hanya sebagai pelindung dari kekuasaan tradisional para ketua adat, tetapi juga dari perkebunan-perkebunan Barat.
Subbab 5 : Pendidikan juga mempunyai pengaruh dinamis di pulau-pulau luar Jawa. Karena kebanyakan orang-orang yang mendapat pendidikan dengan cara Barat berkumpul di Jawa ketika bersekolah dan selesai sekolah.
Subbab 6 : Semenjak tahun 1900, di Jawa dapat pula diperhatikan bertambah meningkatnya perbedaan profesi. Orang Indonesia semakin banyak bekerja di bidang perdagangan di bandingkan dengan sebelumnya, mula-mula sebagai pedagang menengah.
Subbab 7-8 : Perkembangan selanjutnya ketika masa depresi tahun 30an, suatu kelas bumiputera yang tumbuh telah mulai ada mendobrak susunan masyarakat tradisional lama dan melakukan pengaruh yang bersifat individual.
Subbab 9 : Terlepas dari bentuk pendidikan yang di berikan dan sebagaimana lumrahnya pendidikan itu saja telah mendobrak struktur masyarakat pertanian.
Subbab 10 : Pendidikan telah mencipatakan suatu kelas baru kaum cendikiawan atau setengah yang menduduki suatu posisi khusus dalam masyarakat.
Subbab 11 : Usaha pribadi untuk naik dalam tingkat-tingkat sosial dalam masyarakat ini tidak mengambil bentuk perjuangan untuk memperoleh laba dari perdagangan atau dari suatu pekerjaan bebas, tetapi dalam suatu perjuangan untuk mencapai pengakuan resmi dengan perantaraan ijazah.
Subbab 12-18 : Ikatan-ikatan tradisional memainkan peranan dalam usaha mengumpulkan sejumlah uang untuk memungkinkan seorang anak pergi belajar, karena beberapa orang anggota keluarga harus ikut serta membelanjai sekolah anak itu, sedangkan seluruh keluarga berusaha untuk mengambil untung dari padanya. Dengan demikian, pendidikan telah menciptakan seluruh kelas orang Indonesia yang mempunyai pendidikan Barat sampai tingkat tertentu.
Subbab 19-21 : Baru setelah tahun 1990, pendidikan terbuka untuk sejumlah besar orang-orang Indonesia. Permintaan akan tenaga terlatih selalu meningkat. Tetapi untuk pengangkatan yang meminta pendidikan tinggi yang pada umumnya untuk sementara waktu hanya dapat diisi oleh orang-orang Indo, maka diadakan skala gaji khusus, disesuaikan dengan tingkat hidup golongan Indo yang lebih tinggi.
Subbab 22-23 : Persaingan yang semakin hebat dalam suatu masyarakat dimana karena adanya suatu sistem ekonomi yang deminan, serta terdapat lebih banyak lamaran dari pada kesempatan kerja, telah menyebabkan para anggota kaum borjuis mempersatukan barisan untuk mencapai solidaritas kelompok.
Subbab 24-29 : Di pihak lain, di kalangan orang-orang Indonesia terdapat kecenderungan yang lebih besar untuk mengadakan persatuan. Wanita-wanita Indonesia dengan rasa harga diri semakin lama semakin mengindahkan bekerja sebagai pembantu rumah tangga merangkap selir bagi laki-laki eropayang tidak kawin. Dalam tahun kemelut, perjuangan persaingan ini menjadi lebih hebat.
Subbab 30 : Sebelum perang kedudukan istimewa yang diduduki orang Eropa dan orang Cina, sebagai halnya dengan kaum bangsawan feodal. Terdapat suatu kecenderungan yang kuat ke arah suatu sistem nilai yang baru berdasarkan kemakmuran individu dan kemampuan intelektual seseorang, tetapi perkembangan ini pada umumnya masih ditahan, baik oleh sisa-sisa struktur feodalmaupun kolonial.
Analisis Bacaan I
• Ukuran dasar penggolongan masyarakat ke dalam satu lapisan :
1. Ukuran kekayaan : Gaji yang lebih tinggi diberikan kepada jabatan-jabatan tertinggi.
2. Ukuran kekuasaaan : Belanda berhasil menegakan kekuasaannya karena ia memiliki kekuatan yang akhirnya mengembangkan paham kolonialnya di indonesia.
3. Ukuran kehormatan : Pada zaman dahulu, orang hanya memandang kepada pemuka-pemuka tradisional dan para pemuka agama, sekarang mereka mulai menilai kewibawaan para pemimpin yang baru, yaitu para cendikiawan.
4. Ukuran ilmu pengetahuan : Pendidikan telah menciptakan suatu kelas baru kaum cendikiawan atau setengah yang menduduki suatu posisi khusus dalam masyarakat. Nilai yang paling tinggi diberikan kepada kerja yang lebih bersifat intelek.
• Penggolongan lapisan masyarakat :
Lapisan atas : Cendikiawan
Lapisan menengah : Sedikit cendikiawan
Lapisan bawah : Bukan cendikiawan
Ikhtisar Bacaan II
Subbab 1 : Komunitas Maricaya Selatan terdiri dari lima golongan masyarakat yang menempatitiga lapisan pokok, yaitu golongan pejabat dan kelompok professional dilapisan atas; golongan alim ulama, golongan pegawai dan golongan pedagang dilapisan menengah; golongan buruh dilapisan bawah.
Subbab 2 : Masyarakat Maricaya Selatan bersifat heterogen dan cukup berlapis-lapis. Terlihat akan tanda-tanda adanya usaha-usaha awal untuk menembus dinding-dinding antar lapisan dan antar golongan.
Subbab 3-6 : Dilihat dari segi ekonomi dalam masyarakat Maricaya Selatan tedapat tiga lapisan masyarakat, yaitu lapisan ekonomi mampu, terdiri atas para pejabat, para dokter, para insinyur dan kelompok professional lainnya; lapisan ekonomi menengah terdiri dari alim ulama, pegawai, kelompok kewirausaha; lapisan ekonomi miskin yang terdiri dari para buruh tani, buruh bangunan, buruh pabrik dll.
Subbab 7-8 : Kesempatan pendidikan bagi anak-anak di masyarakat ini secara cukup luas terdiri dari tingkat TK sampai perguruan tinggi. Dalam kelompok usia sekolah 93% mengikuti pendidikan SD. 7% tidak sekolah, 6% putus sekolah, 1% yang belum pernah sekolah.
Subbab 9-11 : Media cetak yang beredar dalam masyarakat ini dari Koran dan majalah yang di gemari dan terbeli oleh keluarga dari kalangan atas.
Subbab 12-13 : Di lapisan menengah ini terdapat dua golongan penduduk yang berbeda tingkat kekayaannya.
Subbab 14 : Mayoritas penduduk Maricaya Selatan beragama islam. Kelompok lain adalah beragama protestan dan sisanya adalah beragama katolik, hindu dan budha. Bentuk-bentuk kegiatan agama masyarakat ini ialah pendidikan keagamaan untuk para ibu, remaja dan anak-anak.
Subbab 12-18 : Dalam masyarakat Polewali terlihat adanya tiga lapisan masyarakat yaitu, lapisan kaya terdiri dari pemangku ulama dan pejabat; golongan ekonomi sedang terdiri dari para pegawai dan pedagang; golongan miskin terdiri dari para buruh.
Subbab 19-20 : Di kalangan atas, antara para pemangku adapt dan alim ulama terdapat perbedaan yang cukup menyolok dalam gaya hidup. Sebaliknya di kalangan pejabat terlihat gaya hidup yang serba mewah, yang mengikuti gaya hidup orang modern.
Subbab 21 : Dalam masyarakat Polewali pendidikan adalah suatu hal yang mereka junjung tinggi. Mereka lebih mengutamakan aspek fungsional dari pada aspek simbolis.
Subbab 22 : Pada umumnya agama mendapatkan tempat yang penting dalam masyarakat Polewali. Agama merupakan bagian nyata dalam kehidupan masyarakat Polewali. Ibadah Haji di kalangan ini dipandang sebagai atribut sosial untuk meningkatkan martabat sosial.
Subbab 23-24 : Masyarakat Polewali merupakan suatu masyarakat yang lugas mengisi kehidupan mereka sehari hari dengan berbagai usaha untuk menghadapi dan persoalan-persoalan nyata. Masyarakat Polewali tampak sebagai masyarakat yang lebih bersifat inward looking.
Analisis Bacaan II
• Ukuran atau dasar penggolongan masyarakat ke dalam suatu lapisan :
1. Ukuran kekayaan : Pada masyarakat Sulawesi Selatan, unsur kekayaan dilihat dari kegiatan apa saja yang mereka lakukan. Contoh: bagi para ulama naik haji itu adalah atribut sosial yang mereka miliki dan bagi para pedagang ialah terlihat dari rumah beserta perabotan yang mereka miliki.
2. Ukuran kehormatan : Pada kalangan atas biasanya melaksanakan segala sesuatunya dengan hati-hati karena kalau terjadi hal yang salah dari mereka pasti martabat sosial mereka turun.
3. Ukuran ilmu-pengetahuan : Hal ini terlihat dalam kalangan atas yang mana mereka dapat menduduki lapisan sosial tersebut karena mereka memiliki ilmu baik ilmu tentang agama maupun ilmu yang diperoleh di perguruan tinggi (bergelar sarjana).
• Penggolongan lapisan masyarakat
1. Lapisan atas : Pemangku adat dan pejabat
2. Lapisan menengah : Pedagang dan PNS
3. Lapisan bawah : Buruh