Oleh: Jarir Atthobari
Tahun ini adalah tahun ke-empat saya menjalankan ibadah Ramadhan di Groningen. Tentunya situasinya sangat berbeda jika menjalankan ibadah puasa ini di Indonesia. Pertama kali Ramadhan di Belanda 4 tahun yang lalu, waktu itu Ramadhan jatuh pada bulan Desember (winter season), yang berarti waktu berpuasanya lebih singkat. Saya masih ingat diminggu terakhir Ramadhan 2002, Subuh jatuh pada pukul tujuh pagi dan waktu Maghrib jatuh pada pukul 4 sore. Bahkan beberapa orang teman sampai saat ini sengaja memanfaatkan ‘waktu yang pendek’ pada musim dingin ini untuk berpuasa senin-kamis. Saya sempat berpikir waktu itu, bagaimana dengan waktu berpuasa di negara-negara yang letaknya lebih utara, tentunya akan lebih singkat lagi.
Tetapi bagaimana pula dengan Ramadhan pada saat musim panas (summer), dimana waktu maghrib sangat dekat dengan waktu subuh, yang berarti juga waktu berpuasa akan lebih panjang. Kembali saya berpikir tentang Ramadhan pada musim panas terutama di negara-negara yang letaknya paling utara, yang saya dengar ‘light-time’-nya mencapai 23 jam.
Saya yakin bahwa ‘Islam as Rahmatan Lil’Alamin’ (Qur’an 21:107; 7:158; 34:28; 33:40), a mercy all unto the worlds, dan berarti juga Islam pastilah bisa dijalankan di seluruh tempat di alam ini.
Sebenarnya yang menjadi perhatian saya bukanlah masalah waktu (panjang atau pendeknya berpuasa), tetapi lebih pada masalah kebutuhan cairan dan kesehatan ginjal. Kebetulan research-project yang sedang saya kerjakan saat ini sangat berhubungan dengan masalah ginjal. Teman-teman sejawat dan para profesor ditempat saya bekerja sering menanyakan efek berpuasa terhadap ginjal. Pertanyaan mereka ini sebenarnya sangat beralasan karena manusia membutuhkan air 3 liter perhari untuk pria dan 2.5 liter untuk wanita. Selama jantung masih melakukan pemompaan darah ke tubuh manusia, pada saat yang sama ginjal akan terus bekerja melakukan filtrasi nya. Jadi ginjal sangat berbeda dengan organ pencernaan yang ‘beristirahat’ menjalankan fungsinya selama puasa. Selama berpuasa ginjal masih terus bekerja. Ginjal terus akan memproduksi urine (air seni) 2.2 liter per hari. Jika jumlah cairan dalam tubuh berkurang, maka ginjal akan menghasilkan urine dengan konsentrasi yang tinggi. Ini mengakibatkan glomerulus (jaringan yang bertugas sebagai penyaring) ginjal akan bekerja lebih berat.
Saya pernah coba menghitung seberapa besar efek yang terjadi pada ginjal, apakah jumlah air minum yang teguk setelah saya berbuka puasa mampu mengkompensasi jumlah cairan yang dibutuhkan seharian dan mampu pula mengembalikan fungsi ginjal secara normal. Tetapi jawabannya masih belum memuaskan diri saya.
Opini di atas tentunya hanya opini manusia dan teori yang berkembang pada era kodekteran modern saat ini. Dan “Allah lah yang lebih tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya”. Saya terus berpikir masih banyak misteri kebaikan-kebaikan Ramadhan yang belum terungkap, terutama kaitannya dengan kesehatan.
Saya terus mencari jawaban dari pertanyaan teman sejawat di atas. Setiap Ramadhan mereka kembali datang pertanyaan yang sama : “You know how important drink for your health and how bad is the effect of dehidration to your kidney”. Mereka bukannya tidak respect terhadap puasa yang saya lakukan, tetapi mereka mengajak berpikir tentang makna dibalik semua perintah Allah SWT tsb. Walau mereka bukanlah muslim, tetapi pola pikir seperti itu saya sukai.
Akhirnya jawaban itu datang juga. Beberapa hari yang lalu saya menemukan jawabannya. Saya berhasil menemukan salah satu penelitian terbaru mengenai efek Ramadhan terhadap penderita yang mendapatkan transplantasi ginjal. Penelitian ini diterbitkan di salah satu jurnal acuan bagi para ahli ginjal sedunia. Penelitian ini mengungkapkan bahwa puasa selama bulan Ramadhan tidak berpengaruh buruk terhadap penderita yang mendapatkan transplantasi ginjal, baik yang masih normal maupun yang sudah pada ginjal yang sudah rusak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa puasa itu sangat aman, bahkan bagi penderita dengan ginjal yang buruk sekalipun. Akhirnya sayapun lega, bukan karena telah mampu menjawab pertanyaan teman-teman sejawat saya, tetapi lebih karena saya tahu makna dibalik puasa itu sendiri.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran” (QS Shaad, 38:29).
“Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah peringatan. Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al-Qur’an). Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah) adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi ampun.” (QS. Al-Muddatstsir, 74: 54-56).
Ya Allah, Engkaulah yang menciptakan daku, memberikan petunjuk kepadaku, memberi makanan padaku, memberikan minuman kepadaku, mematikan daku, dan membangkitkan daku semula.