LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU HAMA PENYAKIT TUMBUHAN DASAR
PERCOBAAN ATRAKTAN
Disusun
oleh
Yohanes
O Brahmana A34100001
Imam
Sholikin A34100007
Yuyun
Andriani A34100015
Urwatil
Wutsqoh A34100016
Rian
Andini A34100019
Dosen
Pengajar
Dr.Ir.
Nina Maryana, M.Si
Dr.Ir.
I Wayan Winarsa, M.Si
DEPARTEMEN
PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2012
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Serangga
memiliki cara yang unik untuk berkomunikasi dengan serangga yang lain. Dengan
bau atau senyawa kimia serangga saling memberikan informasi, dan mengetahui
pasangannya. Zat komunikasi anatar serangga ini adalah feromon dan alelokimia. Feromon
adalah zat kimia yang berperan dalam komunikasi antar oraganisme dari spesies
yang sama, sedangkan alelokimia adalah zat kimia yang berperan dalam komunikasi
antar organisme dari spesies yang berbeda. Alelokimia dibagi menjadi dua yaitu
alomon, zat yang menghasilkan keintungan bagi organisme panghasil, dan
khairomon, zat yang memberikan keuntungan bagi organisme yang menerima.
Feromon yang
sering digunakan serangga untuk berkomunikasi dengan sesama spesiesnya adalah
dengan feromon seks, feromon alarm, dan feromon pelacak. Feromon seks digunakan
untuk menarik serangga lain untuk melakukan proses reproduksi. Feromon ini
dihasilkan oleh serangga betina untuk menarik serangga jantan untuk datang dan
melakukan kopulasi. Feromon seks ini dapat berperan sebagai atraktan atau
senyawa pemikat bagi serangga jantan. Dengan sifat serangga yang seperti ini
maka dapat dikembangkan perangkap aroma dengan menggunakn atraktan yang
memiliki aroma yang sama dengan feromon seks yang dihasilakn oleh serangga
(Kusnaedi, 1999).
Metil Eugenol
merupakan atraktan yang sering digunakan untuk mengendalikan lalat buah Bactrocera
sp. Metil Eugenol sangat dibutuhkan oleh lalat jantan untuk dikonsumsi. Zat ini
bersifat volatile atau menguap dan melepaskan aroma wangi dengan radius
mencapai 20-100 m, tetapi jika dibantu oleh angin jangkauan bisa mencapai 3 km.
Atraktan sintetik sudah banyak beredar dipasaran tetapi harganya cukup
mahal, dapat menimbulkan iritasi pada kulit, dan belum tentu berhasil
dalam pengaplikasiannya. Selain dari bahan kimia sintetik, metil eugenol juga
dapat dibuat secara langsung dari beberapa tanaman seperti tanaman
cengkeh, kayu putih, daun wangi, dan selasih (Kardinan, 2003).
Penggunaan
atraktan merupakan cara pengendalian hama lalat buah yang ramah lingkungan,
karena baik komoditas yang dilindungi maupun lingkungannya tidak terkontaminasi
oleh atraktan. Selain itu atraktan ini tidak membunuh serangga bukan sasaran
(serangga berguna seperti lebah madu, serangga penyerbuk atau musuh alami
hama), karena bersifat spesifik, yaitu hanya memerangkap hama lalat buah,
sehingga tidak ada risiko atau dampak negatif dari penggunaannya. Namun ada
pula yang berpendapat atraktan kurang baik untuk upaya pengendalian laalat buah
karena hanya menangkap serangga jantan saja (Primatani, 2006).
Tujuan
Tujuan dari
praktikum percobaan atraktan kali ini adalah untuk mengetahui keefektifan
atraktan (Metil eugenol) dalam menarik serangga khususnya lalat buah di
lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2006.
Aplikasi Penggunaan Atraktan Nabati. oleh: Prima Tani.
http://primatani.litbang.deptan.go.id.
[14 Mei 2012]
Kardinan, A. 2003. Tanaman
Pengendali Lalat Buah. hal 46. Jakarta: PT
AgroMedia Pustaka.
Kusnaedi. 1999. Pengendalian
Hama Tanpa Pestisida. Jakarta: Tanindo Press